Kamis, 09 Juni 2011

KAMU ( dari seorang sahabat yg menuntut ilmu di negeri orang)

Kamu, adalah tokoh lama dalam buku tebal perjalanan hidupku. Kamu, seharusnya hanya menjadi cerita disitu dan tak lagi hadir melalui satu tanggal yang menjadi takdir baku dalam setiap tahun masehi. Selalu ada jalan untuk mengingatmu, harimu itu.
Adalah takdir terbaik menjadi orang yang punya kisah hidup bersamamu. Walau hari kadang terlalu singkat memberi waktu untuk kita bisa berdekatan, berbicara, dan saling menatap, melihat dunia didalam mata kita yang semakin cokelat.
Aku merasa sangat bahagia, mungkin lebih bahagia darimu. Tapi selanjutnya bukan hari kita, karna sebaiknya kamu tidak ada dalam hari-hariku lagi, begitu juga aku sebaiknya tidak ada dihari-harimu.
Saat itu aku merasa tuhan menitipkan tulang rusukku padamu, walau aku hadir bersekutu dengan rasa tidak pantas untuk bersamamu. Kamu adalah perempuan teduh dengan hal-hal baik, sedang aku terus diburu waktu untuk melakukan hal-hal buruk yang mau tak mau ikut menyeretmu.
Kamu perempuan bijak saat menginginkan kita untuk berhenti sejenak, membiarkan aku memperbaiki diri, lalu menentukan waktu untuk kita bersama lagi. Aku katakan iya, karna hal tersebut mungkin baik bagimu, juga bagiku. saat itu aku gundah gulana, bertanya apakah tuhan menitipkan tulang rusukku padamu.
Kesempatan memperbaiki diri itu akhirnya aku susun menjadi cerita lain, cerita dimana kamu akan berhenti menjadi tokoh di buku tebal hidupku. Aku ingin kamu selamat dari hari dan hatiku, waktu berhenti sejenak yang kamu tawarkan aku gunakan untuk mematikan rasa, menutup rapat pintu waktu untuk kembali bersamamu.
Aku masih ingat bagaimana hari membuatku mulai jatuh hati kepadamu. kamu terus menundukkan wajah, membuatku tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk puas melihatmu, yang akhirnya berhasil membuatku berdoa kepada tuhan, meminta satu tulang rusukku itu ada didadamu.
Aku bersyukur pernah menyampaikan perasaanku kepadamu. Keberanian yang menjadi jalan untuk kita bersama, dimana hari-hari dipenuhi pergolakan serta kerja kerasku berjuang untuk selalu menjadi bagian dari harimu, candu atas rasa menggilaimu.
Saat kita tiba pada hari untuk bersama lagi, kamu ramah lalu bertanya ‘hari ini adalah janji kita, apa kita akan memulainya lagi?‘ aku menutup senyummu ‘tidak, aku belum juga pantas untuk mu’. Aku menuduh tuhan tidak menitipkan tulang rusukku kepadamu. Kamu membela tuhan, bersabda ‘cinta itu menyembuhkan bukan menyakiti’ dengan tanda seru tiga kali.

Created by..
Mardiansyah Za

Tidak ada komentar:

Posting Komentar